Di bidang komputer, tingkatan orang2
yg menguasai di bidang ini ada jenjangnya yaitu [dengan urutan] : Operator
(paling rendah), Programmer (kedua) dan Analyst (tertinggi). Tetapi ini kadang
di “pleset” kan dan membuat banyak orang salah faham (kadang disengaja) yg
menyatakan bahwa jurusan Sistem Informasi adalah penghasil seorang “analyst”,
jurusan informatika penghasil “programmer” dan “Teknisi” untuk jurusan Sistem
Komputer. Ini tentu tidak benar. Maka dari itu saya sebut jenjang karir ini
menjadi ambigu dan salah sasaran bagi orang yang kurang paham mengenai
tingkatan tersebut.
Penjelasannya begini :
Masalah tingkatan profesi apakah :
Operator, Programmer dan Analyst, ini bukan masalah pilihan jurusan di rumpun
Komputer, tetapi masalah tingkat penguasaan. Saya kira akan lebih jujur jika
dikaitkan dengan jenjang pendidikan seperti : Operator itu D1, Programmer D3
dan Analyst S1. Namun berkaitan dengan gelar “Analyst”, untuk saat ini saya
lebih setuju diarahkan untuk yg berjenjang paling rendah S2 dan telah
berpengalaman dalam analisis pemrograman (programming analyst) sekaligus
perancangan sistem (sistem analyst).
Jadi sebenarnya yang namanya pekerjaan
analisis tidak hanya ada di perancangan sistem, di saat kita membuat program
juga ada salah satu tahapannya analisis program. Maka seseorang yg telah mahir
dalam menganalisis sistem sekaligus pemrograman lah yang layak disebut dengan :
Analyst. Masalah di saat penyelesaian proyek dia tidak telibat dalam kegiatan
(coding) pemrograman itu masalah waktu dan pembagian kerja, bukan masalah
karena ketidak-mampuan.
Ini perlu dijelaskan agar sebagian
orang yg telah memilih rumpun komputer sebagai bidangnya, lalu gara2 dia
kesulitan dalam mengembangkan kemampuan pemrogramannya serta merta beralih
(atau tepatnya “berdalih” kali) ke profesi yang disebut2 “analyst” tadi, dimana
analyst didefinisikannya [sendiri] seolah2 tidak perlu memikirkan pemrograman,
sehingga dia merasa selamat dari keharusan membuat program.
Contoh kasus, di suatu kebutuhan
karyawan saya pernah men-test seorang alumni jurusan salah satu rumpun komputer
dengan memintanya membuat sebuah program, lalu dia (yg ditest) berkilah
mengatakan bahwa dia bukan seorang programmer tetapi seorang analyst. Aneh
bukan ? Ibarat seorang yg mengaku jendral tapi tidak melalui tahapan kopral.
Setidaknya dia kan harus memiliki “pengalaman perang” dulu, lalu menjadi punya
“insting” yang bagus di rimba pemrograman, baru bisa matang kalo sang jendaral
diminta merancang strategi perang. Lah, kok ke bolak-bolak ?
Jadi Jurusan Sistem Informasi tidak
mesti dikaitkan ke : Analyst, dan Informatika tidak mesti dikaitkan ke :
Programmer lalu Sistem Komputer tidak mesti dikaitkan ke : Teknisi. Masalah
penjenjangan di bidang komputer sebenarnya belum ada yang baku benar, tetapi
model jenjang : Operator – Programmer – Analyst telah lama digunakan oleh
berbagai kalangan. Saya pikir sehubungan perkembangan pesat di bidang IT, model
perjenjangan lama ini pun mesti diperbaharui.
Silahkan tambahkan komentar Anda, Semoga dapat sama-sama membangun. Terima kasih.
EmoticonEmoticon